Bismillah
Selama ini, ada rasa greget yang jarang bisa Saya tumpahkan di jalanan
terkait etika berkendara motor. Mulai
dari yang dianggap sepele (padahal tidak), sampai yang lebih tragis yaitu membahayakan
keselamatan bahkan nyawa. Masih untung jika yang
terimbas celakanya adalah sang pengemudi sendiri, syukurin. #sadis. Tapi bagaimana kalau berefek
juga pada terganggunya keselamatan bagi pengguna jalan lain? Kalau
sudah begini, tentu saja bikin kesel bin sebel. Nah, apa saja etika keselamatan yang harus
diketahui serta dilakukan dan tidak dilakukan ketika berkendara motor? Saya menuliskan 2 (dua) hal yang akan Saya rangkum di sini. Tentunya berdasarkan pengalaman
Saya pribadi dalam berkendara motor selama ini. Dan inilah dia. Selamat menyimak. Eng ing
eeeng..
Pertama, turunkan lampumu
Ketauan motornya belum dicuci berbulan-bulan. Hahaha.. |
Bagi siapa saja yang pernah atau bahkan sering berkendara
malam, lampu depan menjadi hal yang wajib ada demi lancar dan selamatnya
perjalanan. Tapi penggunaan lampu
kendaraan di malam hari pun ada etika yang harus dilakukan. Tidak bisa seenak udel kita saja tanpa
aturan. Dan bahayanya lagi, ini terkait
keselamatan orang lain sesama pengguna jalan.
Ya, kali ini terkait lampu jauh. Teramat banyak Saya menemukan pengendara motor dengan antengnya terus
saja memasang lampu jauh ketika berpapasan dengan kendaraan lain. Apalagi kalau pakai lampu led. Ajib! Silaunya luaaar biazzaa! Malah beberapa kali Saya hampir saja
kehilangan pandangan untuk kemudian terpaksa mengerem motor Saya. Daripada nyungsep ke got atau nabrak yang tak
nampak, mendingan mengerem lantas menepi sejenak memulihkan mata. Masih untung
kalau kita dalam kecepatan yang lambat. Masih
bisa dengan mudah mengendalikan kendaraan. Nah bagaimana kalau kita sedang dalam kecepatan
tinggi dan di tikungan pula? Bisa
terbayang kan resikonya? Jadi please deh,
buat pengendara motor, perhatikan betul hal yang satu ini. Jika berpapasan dengan kendaraan lain,
turunkan lampu Anda. Cuma tinggal ceklik
sekali saja kan untuk menurunkan lampu jauh ke lampu dekat? Tidak susah sama sekali. Hanya saja seringkali
banyak pengendara tidak sadar atau bahkan acuh saja dengan hal ini. Padahal dia pasti akan merasa silau juga
ketika berpapasan dengan kendaraan yang memasang lampu jauh. Sekali ceklik,
beres. Orang lain tidak akan mengumpat dan selamat dari ulah kita. Hidup kita pun insya Allah berkah. Aamiin.
Dalam pelaksanaan hal ini, Saya merasa perlu mengacungi
jempol untuk para pengemudi truk dan bus.
Sepengalaman Saya, mereka yang paling perhatian dalam menurunkan lampu
jauh di malam hari. Ketika melihat ada
kendaraan lain di arah berlawanan, langsung menurunkan lampu jauhnya. Walau pun yang berpapasan 'sekedar' sepeda motor. Mantab bana!
Untuk kendaraan mobil pribadi?
Ah, masih cukup langka Saya fikir.
Malah pernah rasanya Saya ingin mencak-mencak pada seorang pengendara sedan yang
lampu jauhnya sangat silau di suatu malam yang dingin.
Kedua, lampu sen please
Berkediplah di saat yang tepat dan benar |
Lampu sign atau lebih dikenal dengan lampu sen, dibuat bukan
untuk ngedipin orang di jalanan. Makanya
lampu sen ini tidak dikenal pula dengan nama lampu genit. Halah..
Lampu sen dibuat sebagai sinyal kepada pengguna jalan lain terkait RENCANA
arah gerak kendaraan kita. Lampu sen
kanan, jelas untuk RENCANA belok ke kanan. Lampu sen kanan pun bisa dijadikan
tanda untuk RENCANA menyalip kendaraan di depan kita. Atau bagi kendaraan-kendaraan besar, lampu
sen kanan bisa berarti pula pemberitahuan untuk jangan menyalip bagi kendaraan
di belakangnya. Karena biasanya
disebabkan di depan ada kendaraan lain dari arah berlawanan. Biar nggak tabrakan gituh maksudnya. Lampu sen kiri, ya untuk RENCANA belok kiri
atau menepi. Tapi ironisnya, ternyata
banyak yang tidak menggunakan lampu sen ini dengan semestinya.
Ada yang menyalakan lampu sen seketika pas membelok. Ini tidak benar. Karena seperti yang saya sebutkan terus dalam
huruf kapital di atas, bahwa lampu sen adalah pertanda dari RENCANA arah
berbelok kita. Yang namanya RENCANA, di mana pun tentu berada di awal sebelum pelaksanaan. Bukan pas pelaksanaan apalagi setelah pelaksanaan. Bahkan lucunya ada yang
menyalakan lampu sen seketika akan tertabrak pas membelok. Hahaha…
Emang lucu ya? Nggak ah. NGGAK BANGET!
“Hey, kasih tanda dong kalau mau belok!”
“Tuh udah nyalain lampu sen!”, padahal lampu sennya baru
dinyalain pas mau ketabrak. Bikin kesel
nih orang kayak gini mah. Perlu dikasih sambel terasi level 10! Mungkin lebih
lucu lagi kalau nyalain lampu sennya pas sudah tersungkur di aspal. Supaya bisa berdalih dan menyalahkan kala berurusan dengan Polisi nanti. Wkwkwkwk… Nggak lucu juga ah. Ini lebih nggak lucu lagi malah.
Ada pula yang tidak menyalakan lampu sen. Ini lebih parah. Tahu-tahu belok saja
tanpa memberi tanda apa pun. Eh sama juga
sih parahnya sama yang di atas. Yang seperti ini kemungkinan karena terbiasa
bawa motor di hutan yang tidak ada kendaraan lain yang lalu lalang. Ya paling juga ketabrak babi yang nggak tahu
cara belok kala berlari. Selain itu, ada juga lampu sen penipu. Lampu sennya kiri, eh beloknya ke kanan. Astaghfirullooh..
Ada juga yang dilihat-lihat, kok nyala
terus lampu sen kanannya? Ini kapan
beloknya? Kok nggak belok-belok sedari tadi?
Saya yang semenjak lama niat mau nyalip, jadinya terurungkan. Akhirnya Saya salip untuk kemudian klaksonin. Eh dianya malah balik klakson dengan
ceria. Serasa disapa fans kali ya?
Hadeuh.. Ampun dah!
Nah, lantas seperti apa etika yang benar bin tepat penggunaan lampu sen ini sih? Menurut Saya pribadi tidak rumit-rumit amat. Secara logika bisa dirumuskan oleh siapa pun pengguna motor. Kalau menurut Saya, seperti ini. Nyalakan lampu sen sesuai ke mana arah kita akan berbelok. #Yaiyalah. Tapi banyak loh yang tidak melakukannya. Terus pastikan kita menyalakan lampu sen sebelum kita berbelok. Bukan pas sesaat sebelum berbelok atau bahkan ketika sedang berbelok. Itu bukan saat yang tepat, atau malah termasuk sudah telat. Tapi nyalakan beberapa saat yang cukup sebelum berbelok. Kasih jeda jarak dan waktu, hingga kendaraan di depan atau belakang kita bisa tahu dan bersiap dengan aksi berbelok kita. Jangan lupa kasih sinyal juga dengan gelagat bahwa kita akan berbelok. Kalau belok ke kanan misalnya, segera ketika menyalakan lampu sen kanan, ambil arah kanan secara perlahan. Jangan tiba-tiba. Hal ini penting untuk keselamatan kita dari tabrakan. Lihat pula kondisi belakang lewat spion kita. Ini juga termasuk tanda gelagat untuk belok. Itu saja Saya fikir. Tidak rumit kan? Tidak ada yang rumit.
Oh iya, hampir lupa. Jangan lupa mematikan lagi lampu sen ketika sudah berbelok. Jangan sampai dibiarin terus lampu sen itu berkedip-kedip. Fokus ke depan sih memang penting, tapi tak sampai kok mematikan lampu sen mengganggu fokus. Tapi menurut Saya, bukan karena fokus ke jalan yang mengakibatkan lupa mematikan lampu sen. Tapi lebih seperti kelalaian yang dibiarkan atau bahkan layaknya dibiasakan. So, biasakan mematikan lampu sen setelah berbelok. Ok? Sip.
Itu saja dua hal yang terasa betul buat Saya sekarang ini. Selain
memang etika, kedua hal ini pun terkait dengan keselamatan pengendara sendiri
dan pengguna jalan yang lain. Nah, sekian
untuk kali ini. Tambahan atau saran dan lainnya, silakan tambahkan di kolom
komentar ya. Terima kasih.
*****
Hee... mengesalkan banget memang kalau ada pengendara yang seperti itu, soalnya tidak cuma membahayakan dirinya sendiri, tapi kita juga sebagai pengendara lain. Terima kasih tipsnya, mudah-mudahan kita bisa jadi pengendara yang lebih santun. Salam kenal dari Jakarta!
ReplyDeleteBegitulah realitanya. Semoga keselamatan menjadi prioritas tidak hanya bagi sebagian orang, tapi semua orang. Sama terima kasih. Salam kenal juga dari Sumatera Barat :)
Delete