Sunday, November 22, 2015

Istano Basa Pagaruyung : Kebat-kebit Si Penakut Ketinggian



 “Qisthi ga bayar.  Kan masih 4 tahun.”, terang istri. Alhamdulillah… Hemat dah jadinya.  Hehehe… 

Yup.  Untuk masuk ke kawasan Istano Basa Pagaruyung di Batusangkar, pengunjung dipungut biaya tiket masuk sebesar Rp. 7.000 untuk dewasa, Rp. 5.000 untuk anak-anak (usia 5-12 tahun), dan untuk anak 4 tahun ke bawah gratis.  Makanya Qisthi dan Zaid free masuk ke kawasan Istano Pagaruyung ini.  Yang bayar Cuma Saya dan istri.  Total Rp. 14.000 aja.  Senangnyaaa…  Heuheuy...

Tampak Kanan
Alhamdulillah, setelah melalui perjalanan 2 jam dari Kota Solok, akhirnya Kami berempat, Saya istri dan kedua anak, sampai juga di kawasan Istano Basa Pagaruyung tepat jam 10.14 WIB. Ini adalah kali kedua Saya ke Istano ini.  Sebelumnya sekitar 3 tahun yang lampau, Saya dan istri serta Qisthi yang baru berumur 1 tahunan, pernah juga main ke sini.  Tapi waktu itu tidak sempat masuk ke dalam gedung Istano.  Soalnya sedang ada perbaikan atau entah apa.  Langit cerah, dan cuaca memang agak panas ketika Kami tiba.  Tapi ini adalah cuaca yang pas buat fotografer amatiran yang ngga ngerti setting DSLR seperti Saya.  Jadi bisa nge-sett pada Auto mode, ngga perlu otak-atik yang manualnya.  Cihuy deh.  Pencahayaan mendukung banget buat para amatiran.

Melihat Istano Pagaruyung, setiap orang tentu akan merasakan kemegahannya.  Walaupun istano ini sekedar replika, tapi ini adalah replika Istano Basa yang dibuat sebagaimana aslinya.  Persis.  Berbeda dengan Istano Silinduang Bulan yang dibangun oleh dana yang berasal dari para keluarga kerajaan dan tokoh-tokoh adat, replika Istano Basa Pagaruyung ini dialokasikan dananya dari APBD Provinsi Sumatera Barat.  Di mana peletakan tunggak tuo (tonggak utama) dari Istano Basa ini dilakukan oleh Gubernur Sumatera Barat waktu itu, yaitu Bapak Harun Zain, pada tahun 1976.  Tempatnya pun bukan di tempat yang sekarang berdiri replika Istano Basa Pagaruyung ini, melainkan di tempat lain, yaitu di Bukit Batu Patah sebelah utara Istano Basa Pagaruyung sekarang.  Oh iya, konon Istano Basa yang asli dibakar oleh penjajah Belanda pada tahun 1804, kemudian dibangun kembali, dan terbakar kembali pada tahun 1966.  Setelah dibangun kembali di tahun 1976, Istano Basa kembali terbakar pada 27 Februari 2007 karena puncak Istano tersambar petir yang mengakibatkan kebakaran hebat.  Tak lebih dari 15 persen benda berharga kerajaan yang tersisa.  Semua menjadi arang dan abu.  Sementara yang terselamatkan, disimpan di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah Datar.  Sedangkan harta pusaka kerajaan disimpan di Istano Silinduang Bulan yang terletak sekitar 2 km dari Istano Basa Pagaruyung.

Jika melihat langsung bagaimana kondisi Istano Basa ini, sangat wajar jika sering terbakar.  Bahan yang mayoritas kayu dengan atap dari ijuk, membuat sangat rawan tersengat api kemudian menyebar terbakar.  Saya saja yang melihat kabel-kabel listrik dipasang di dinding Istano, rasanya riskan sendiri.  Jadi kebawa imajinasi mengerikan.  Gimana kalau konslet?  Lantas gimana kalau tiba-tiba ada Uda-uda yang jualan minyak tanah lewat?  Terus si Uda kesambet ngelemparin minyak tanah ke Istano?  Waduh… Bisa berabe dah.  Gimana kalau ada pengunjung yang merokok tanpa sepengetahuan petugas pengawas?  Ngeri aja ngebayanginnya.  Ngeri sendiri jadinya.  Sangat sayang jika asset budaya ini harus kembali terbakar seperti dulu kala.

Lantai 2. Tempat para Putri yang belum menikah atau dipingit
Ini dia tangganya
Bangunan Istano Basa terdiri dari 3 lantai.  Saya tak bisa menjelaskan detailnya, karena sibuk mengawasi Qisthi yang tiba-tiba hiperaktif lari-larian dan lompat sana-sini.  Padahal selalu terdengar melalui speaker, petugas Istano Basa mengingkatkan para orang tua yang membawa anak-anak supaya menjaga anak-anaknya supaya tidak berlari-lari apalagi lompat-lompat di dalam Istano Basa.  Rasanya ini lagi nyindir Saya aja nih.  #GR.  Wajar aja sih, pas Qishti lompat aja, lemari baju kerajaan di dekatnya langsung goyang-goyang histeris. Kacanya seperti mau lompat dari kusen penyangganya.  Wadddduh?  Qisthiiiii….!!!  Apalagi pas Qisthi lari-lari di lantai 2 dan 3.  Terasa lantai kayunya bergoyang dombret.  Lantas terbayang kayunya berderak dan patah.  Huwaaa… Instana pun roboh!  Hiiii… Ngeriii…  Pastinya ini perasaan Saya saja.  Tapi kok serem banget ya bayangannya?  Belum lagi tangga yang menghubungkan lantai 1 dan 2.  Tingginya ajiiiiib.  Selain tinggi, curam pula.  Dan paling ngeri, kayunya bunyi pas dipijak.  Serasa mau patah berkeping-keping.  Pegangan tangganyanya pun serasa ga mampu menahan beban cengkraman.  Ini gimana?  Gimana ini?  Sementara Qisthi semangat betul naik tangganya.  Pegangan tangan Saya pun selalu berusaha dilepaskannya.  Soalnya Saya lambat betul naiknya.  Duh ni anak bikin jantung aye mo copot aje.  Begitu mungkin kalo Mpok Minah yang bilang.  Heuheu..  Ah, tapi kayaknya sih perasaan Saya aja.  Soalnya, terus terang saja Saya sangat fobia ketinggian.  Takut kecuraman.  Buktinya, banyak Saya lihat para wisatawan sepuh nampak enjoy aja naik tangga curam itu, walaupun nafasnya terlihat ngos-ngosan.

Lantai 3
Setelah beberapa foto Saya ambil di lantai 2 dan 3, langsung Saya tarik tangan Qisthi.  Kita harus segera turun.  Ga tahan rasanya menahan kecamuk jiwa yang ketakutan ini.  Sementara Qisthi seneng juga, karena tagihan janji untuk main motor-motoran di pelataran kawan Istano akan segera terwujud.

Oh iya hampir lupa.  Buat Anda yang ingin berfoto memakai pakaian adat Minangkabau, bisa menyewanya di lantai bawah.  Anda bisa berfoto-foto di seluruh kawasan Istano sampe ngos-ngosan atau pingsan.  Pengen juga sih.  Cuma jadi inget pas dulu pake pakaian adat pas baralek.  Gerahnya amit-amit.  Jadi padam deh semangat narsis pake baju adat di Istano Basa Pagaruyung.  Tapi bagi Anda yang jarang atau bahkan Cuma sekali ke sini, rasanya wajib deh nyoba pake pakaian adat trus difoto dengan latar belakang Istano Basa Pagaruyung.  Wih, akan jadi koleksi yang khas dan tak terlupakan.

*****

Gallery foto lainnya :

Ukiran di dinding Istano.  Tanpa ukuran makhluk bernyawa.  Sesuai dengan syariat Islam.
Pedang yang dipajang di Lantai 3.
Senapan di Lantai 3

 
Ujung-ujungnya main motor2an. Bukan wisata budaya. Hehehe...

No comments:

Post a Comment