Monday, January 11, 2016

Uniknya Cara Berinfak di Ranah Minang

Bismillah

Tak aneh kan jika ketika menjelang shalat jum’at beredar kotak infak/amal di hadapan kita?  Kayaknya sih sudah berlaku di mana saja.  Begitu pula ketika ada acara pengajian atau tabligh akbar.  Sudah menjadi hal yang lumrah dan biasa.  Di mana pun begitu.  Termasuk di Ranah Minang ini.  Tapi, cara berinfak di Ranah Minang memiliki perbedaan unik dibandingkan dengan cara-cara di daerah lain.  Ini sebatas pengalaman dan pengamatan Saya tentunya.  Secara garis besar, setidaknya ada 2 (dua) keunikan cara berinfak di Sumbar.  Dan kedua cara ini Saya lihat mampu menjadi solusi yang teramat jitu terhadap problematika perinfakan zaman sekarang. Ceileeh.. Nah, apa saja keunikan-keunikan yang Saya maksud itu? Mari kita cekidot!

Keunikan pertama terletak pada pembagian/klasifikasi kotak infak.  Jika di tempat lain di luar Sumatera Barat kotak infak hanya satu kotak tok, maka di Sumatera Barat setidaknya ada 3 kotak berleret.  Kok boros banget sih sampe 3 gitu?  Justru di sini ini uniknya.  Di sini, biasanya Saya lihat setidaknya kotak infak ada tiga jenis : Infak Masjid, Yatim Piatu, Pendidikan/TPA.  Ketiganya memiliki kotak masing-masing secara terpisah dan berlabel sesuai klasifikasi peruntukannya.  Dan ini merupakan salah satu penerapan manajemen pengelolaan keuangan yang teramat bagus. Dan sepengetahuan Saya pula, akan mampu meminimalisir konflik alokasi dana infak antar pengurus masjid.  Semua jelas alokasinya untuk apa, sehingga tidak akan ada lagi perdebatan yang tak perlu terkait alokasi dana infak. Solutif dan efektif kan? Jempol deh!

Kembalian silakan ambil sendiri. Ilustrasi
Nah, berlanjut ke keunikan selanjutnya.  Keunikan yang kedua ini adalah keunikan yang Saya benar-benar acungi empat jempol.  Top abis deh!  Sebuah solusi yang sederhana namun jitu dalam dunia perinfakan. Heleh.. Hehe.. Jika yang pertama masih berupa kotak tertutup dan kita memasukkan uang infak kita ke dalamnya, keunikan yang satu ini beda.  Media yang digunakan bukan kotak tertutup, melainkan sebuah wadah terbuka berukuran sedang yang dibawa berkeliling oleh seorang petugas infak.  Biasanya wadah ini berupa anyaman dari bambu atau berbahan plastik seperti dalam foto ilustrasi.  Terus apa uniknya?  Biasa aja kayaknya.  Tunggu dulu.  Jika misalkan kita punya selembar uang 100 ribu dan ingin berinfak tapi tidak total semuanya 100 ribu yang diinfakkan, tentu kita akan berfikir berulang kali kan? Jadi infak ga nih ya?  Kalau diinfakkan, duit habis semua.  Kalau tidak infak, sayang banget ga dapet pahala infak.  Ragu, bimbang. Bisa-bisa malah tidak jadi infaknya. Kan sayang banget. Nah di sinilah letak solusi itu.  Dengan wadah infak terbuka seperti di Ranah Minang ini, kita bisa mengambil kembalian infak kita dari wadah infak itu.  Kembalian silakan ambil sendiri.  Biasanya petugas pengedar wadah infak itu tidak pernah melihat berapa kita berinfak.  Makanya jangan heran, ketika kita melihat seseorang berinfak, terus malah mengambil lembar-lembar uang kembalian dari wadah infak tersebut. Jadi tak usah bingung kalau bawa uang pecahan besar dan hanya segitu itu uang kita, kalau kita mau berinfak bisa ada kembaliannya.  Solutif banget kan?  Dan ini sudah biasa dan lumrah di Ranah Minang.  Bahkan, ada beberapa masjid yang tidak menggunakan petugas pengedar infak.  Jadi wadah infak itu beredar sendiri dari tangan ke tangan jama’ah.  Kalau mau ambil kembalian infak, ya langsung saja ambil sendiri.  Dan Saya sangat yakin tidak akan ada yang curang.  Ngasih uang 10 ribu, eh ngambil kembalian 20 ribu. Kemungkinannya memang ada, tapi terlalu riskan dengan banyaknya saksi jamaah di sebelahnya dan terutama langsung disaksikan Allah dan Malaikat pencatat di kanan kiri. Tapi dalam kurun hampir 7 tahun di Ranah Minang, Saya secara pribadi tidak pernah mendengar kasus kecurangan dalam metode infak-kembalian seperti ini.

Cara yang ketiga adalah padu-padan antara kedua keunikan di atas.  Wadah-infak-terbuka diklasifikasi menurut peruntukannya.  Efektif dan efisien.  Sekalian latihan kejujuran. Hehe.. Satu lagi sebagai tambahan catatan bagus di sini, aktifitas ini dilakukan sebelum khatib naik mimbar jika pada Shalat Jum’at.  Jadi ketika khatib berkhutbah, tidak ada aktivitas lain selain mendengar khutbah. Rancak bana!

Nah itu dia keunikan-keunikan cara berinfak di Ranah Minang.  Gimana? Unik bukan? Tertarik mau menerapkannya di masjid lingkungan kita? Monggo silakan dihaturanan. Gratis, tidak perlu bayar royalti.  Hehe.. Sekian terima kasih. Semoga bermanfaat.

*****

4 comments:

  1. waah keren ya sistem berinfaq di tanah minang. Semoga tanah tanah yang lain bisa ikut menerapkan, terutama sistem infaq kejujuran yang terbuka itu hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. di daerah yang lain, saya juga ga tau sudah menerapkan atau belum. yang pasti, di daerah asal saya di tatar sunda, masih belum. setidaknya sebatas yang saya tahu. hehe..

      Delete
  2. Keren juga caranya, terutama yang kotak terbuka

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya juga baru liatnya di Sumbar ini. solutif kalo menurut saya. hehe..

      Delete