Sunday, November 29, 2015

Kopi dan Jus : Minuman yang Tertukar (Sebuah Misteri)



Bismillah

Pappi tea. Hasil jepretan istri.
“Ini coffelatte-nya,” Mbak Pelayan menghidangkan secangkir kopi di meja depan Saya. “dan ini jus alpukat tanpa susu.”, kali ini diletakkannya di depan istri Saya.  Kami, seperti biasa, hanya bisa tersenyum geli menyaksikan fragmen berulang seperti ini.  Hampir di semua tempat makan yang pernah Saya dan istri kunjungi, selalu kejadian ini terjadi.  Selalu.  Eh?  Emangnya kenapa?  Ada yang aneh?  Ada yang salah?  Ya, secara keumuman sih tidak ada yang aneh apalagi salah.  Malah teramat wajar dari kacamata ‘keseharusannya’ menurut kondisi sosial dan kebiasaan masyarakat sekarang.  Tapi dalam kasus Saya, ini menjadi sebuah kesalahan dalam penghidangan minuman.  Sebuah kesalahan yang jika diturutkan dipaksakan, akan berdampak berabe pada kelanjutan dan kelestarian makanan yang Saya telan dalam jangka waktu tak lama.  Loooh?  Maksudnya gimana?  Penasaran nih.  Huehehehee…  Percakapan imajiner lebay.  Apa yang sebenarnya terjadi?
Intinya berada pada tertukarnya posisi minuman.  Seperti bisa ditebak dari judul, semestinya kopi disuguhkan ke istri Saya, dan jus menjadi bagian Saya.  Loh kok gitu?  Nggak suka kopi ya?  Bukan.  Saya malah ingin sekali suka kopi.  Tapi kondisi dan situasi perut yang tak memperkenankan.  Sedangkan istri penyuka kopi.

Baiklah, Saya mulai dengan sebuah prolog.  Gejala ini Saya rasakan entah sejak kapan.  Yang pasti, dulu ketika di awal-awal masa kuliah, Saya tidak pernah menemukan gejala seperti ini.  Walaupun Saya tidak termasuk fans kopi dan segala variannya, tapi ketika sesekali minum kopi kala disuguhi atau terpaksa harus menahan kantuk kala mengerjakan tugas, Saya tidak bergejala sama sekali.  Malah masih terasa hangat di ingatan, Saya tidak bisa tidur semalaman karena minum kopi Lampung oleh-oleh seorang kawan kuliah.  Dan perut saya oke-oke aja.  Tak masalah.  Tapi semua berubah ketika Negeri Api menyerang.  Sesedikit apa pun Saya meneguk kopi, tak lama kemudian bisa dipastikan perut Saya akan bergejolak.  Walaupun kopi yang Saya minum sekedar kopi instan yang kata orang adalah kopi boong-boongan, bukan kopi sesungguhnya.
“Karena stress berat tuh, Bro.”, kata seorang kawan.  Bisa jadi juga.  Soalnya Saya banyak sekali memikirkan urusan Negara.  Aiih… Pret ah.
“Asam lambung ente ketinggian.  Maag juga lagi kumat kayaknya.”, kawan yang lain berasumsi di kesempatan yang lain.  Mungkin juga sih.  Secara Saya emang pernah menjadi pengidap penyakit maag walaupun tidak kronis.  Please deh To, ga usah pake diksi pengidap atuh.  Kayak Ente ODH aja.  Hehehe… Biar dramatis aja kesannya, Bro.  Heuheu…  Tapi eh tapi, jika faktor keasaman yang menjadi penyebab, kok Saya fine-fine aja ya ketika makan rujak buah super pedas deket terminal Solok?  Masakan tradisional di Minang pun bercabe semua tuh.  Tak apa kok dengan perut Saya.  Kenapa juga perut Saya berdamai santai dengan yoghurt yang sering Saya konsumsi? Padahal kan asam juga tuh.  Dan kenapa pula perut Saya tidak bereaksi ketika makan makanan agak asam basi sisa semalam? Hehehe…  Dalam jangka waktu beberapa periode, misteri ini belum juga terjawab.  Tersimpan rapi dalam list keheranan-keheranan Saya.  Ah, padahal bisa aja dengan mudah searching di internet.  Emang males aja alasannya.  Jawaban dari alasan ini justru Saya temukan ketika menulis artikel gajebo ini.  Ya itu tadi, ketemu hasil dari searching.  Artikelnya bisa dibaca di tautan ini. KLIK.  Ternyata rasa mual ketika dan sehabis minum kopi bukan disebabkan oleh keasaman dari kopi tersebut.  Tapi lebih karena kadar kafein yang dikandungnya.

"Kalau mau dibandingkan PH-nya, kopi arabica yang dibilang asam itu memiliki PH 5,5, jus jeruk 4,5 dan rujak cuka 3,5, kalau makan rujak cuka atau jus jeruk kita enggak mual, kenapa kalau minum kopi mual?," kata Adi (seorang Pakar Kopi) di Jakarta, Senin. Dikutip dari link di atas.

Ah, terjawab juga misteri besar yang menyelimuti Saya selama ini.  Lega rasanya.  Ckckck.. Sampai segitunya.  Tapi walaupun misteri sudah terpecahkan, kasus minuman yang tertukar masih saja terjadi.  Berulang kali.  Dan terus saja terulang.  Untuk meminimalisir ketertukaran dengan menyarankan istri minum jus terus juga rasanya kurang bijak.  Soalnya istri penyuka banget kopi dan segala variannya.  Lagian hari gene masih ngedikte minum apa? Hehe.. Hidup kopi! Eh

*****

2 comments:

  1. Malah jadi ide postingan ya ketertukarannya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang sih, segala sesuatu harus dijadikan ide postingan. Menuju Blogger Profesional. Halah.. hehehe..

      Delete